Kamis, 28 Juli 2011

SEMINAR WANITA DPW LDII JAWA TIMUR



Pembukaan oleh Ketua DPW LDII Jatim Ir.H.Chriswanto Santoso, M.Sc
Perkembangan internet membuat komunikasi kian tanpa batas, membuat manusia kian mudah menyelesaikan pekerjaannya. Namun di balik semua kemudahan itu, mudahnya akses ke internet membawa pula dampak buruk bagi anak-anak. Lantaran industri pornografi yang “dijual” melalui internet mudah pula diakses oleh anak-anak. Inilah yang mengharuskan para orang tua, untuk ekstra waspada agar anak-anak tidak mengakses konten yang berbau pornografi.

Untuk itu DPD LDII Provinsi Jatim melalui Biro Pemberdayaan Wanita dan Kesejahteraan Keluarga menggagas sebuah seminar bertemakan “Selamatkan Anak Kita dari Pornografi Menjadi Generus Berprestasi”. Seminar diselenggarakan pada hari Minggu, (24/07) bertempat di Aula Pondok Pesantren Sabilurrosyidin, Gayungan, Surabaya.

Peserta yang hadir adalah ibu-ibu utusan DPD LDII Kabupaten/kota se-Jawa Timur, istri pengurus DPW LDII Provinsi Jawa Timur, pengurus wanita DPW LDII Provinsi Jawa Timur, serta para istri ulama LDII di Surabaya.

Seminar ini menghadirkan tiga pembicara antara lain Ir. Hj. Urifah M.Si dari Badan Pemberdayaan Perempuan Pemprov Jawa Timur, Dra Hj. Sri Kartini dari Biro Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga DPW LDII Provinsi Jawa Timur, serta Dra. Astrid Regina Sapiie Wiratna seorang psikolog sekaligus dosen luar biasa Psikologi di beberapa universitas di Surabaya.

Dalam sambutannya Ketua DPW LDII Provinsi Jawa Timur, Ir. H. Chriswanto Santoso, M.Sc, yang juga Ketua DPP LDII mengatakan acara seminar wanita merupakan salah satu kegiatan yang menjadi primadona di DPW LDII Provinsi Jawa Timur. Ibu-ibu bisa mendapat berbagai pengetahuan yang berguna bagi dirinya dan keluarga, dengan demikian, membentuk generasi yang berakhlaqul karimah menjadi lebih mudah.

“Peran ibu, dalam pembentukan generasi muda yang memiliki keimanan, ketaqwaan, dan akhlak yang luhur sangatlah strategis. Itulah yang membuat acara ini selalu ditunggu oleh warga LDII,” kata Chriswanto. Menurut Chriswanto, dalam banyak seminar disebutkan bahwa pendidik utama adalah orang tua. Namun, di Indonesia orang tua tidak disiapkan untuk mendidik. Lebih sering menggunakan emosi saat menghadapi anak, dan bukan mendidik dengan cara yang baik.

Keluarga menjadi salah satu tiang utama dalam pembentukan generasi LDII yang profesional religius. Karena di dalam keluarga, mula-mula ditanamkan rasa taqwa, kemandirian, dan budi pekerti. Maka orangtua berperan sangat strategis, untuk menanamkan nilai-nilai itu dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari bangun tidur hingga pulang sekolah. Dengan demikian, seminar wanita menjadi salah satu acara unggulan untuk menambah wawasan dalam membina rumah tangga, di kalangan warga LDII.


Penyampai Materi Ir.Urifah, M.Si. materi dan Dra.Hj.Sri Kartini
Upaya Pemerintah Dalam Membentengi Masyarakat terhadap Bahaya Pornografi

Para pembicara adalah tokoh wanita di tingkat nasional maupun Jawa Timur, yang kompeten di bidangnya. Hasil dari seminar, ditularkan kepada ibu-ibu lainnya, di pengajian-pengajian pada pertemuan berikutnya oleh ibu-ibu yang menghadiri acara ini. Dalam kesempatan itu Hj. Urifah mengangkat tema Upaya Pemerintah Dalam Membentengi Masyarakat terhadap Bahaya Pornografi. Menurut Urifah, pornografi layak untuk dibentengi karena berdasarkan survei terdapat 420 juta halaman pornografi beredar di internet, di antaranya terdapat 100.000 situs pornografi anak. Berdasarkan usia pengakses pornografi, 80% dari anak usia 15-17 tahun telah mengakses pornografi.

Industri pornografi juga kian cerdik dalam memperluas pasar. Mereka memanfaatkan, bukan hanya komputer yang terhubung dengan internet, namun juga handphone. Komunikasi yang mempertontonkan bagian tubuh atau perilaku seksual manusia untuk membangkitkan dorongan seksual bisa diakses dengan mudah melalui foto, kartun, sms, tulisan, film, video, sinetron, suara, bahkan lagu.


Materi 3 Pornografi di sekitar kita oleh Dra. Astrid Wiratna, psikolog. Moderator Sovia Sahid, S.Psi
Menurut Astrid, pornografi kerap tidak secara vulgar ditampilkan di televisi, namun adegan seperti ciuman dan pelukan yang ditampilkan dalam porsi besar, yang membangkitkan hasrat seks dapat dikategorikan dalam pornografi. Menurutnya, tampilan Melinda Dee yang ditonjolkan dadanya dengan pose tertentu, merupakan salah satu bentuk pornografi. Paparan pornografi yang terus menerus ini berakibat buruk kepada anak-anak.

Hasrat seksual adalah karunia Tuhan yang diberikan kepada setiap manusia. Hasrat ini bahaya apabila timbul saat manusia masih usia anak-anak, lantaran belum waktunya. Hasrat seksual yang sejak dini muncul akan merusak masa depan anak.

“Dampaknya, kendali diri melemah, kebutuhan seksual akan sulit terpuaskan secara normal, bahkan mengakibatkan kecanduan. Dalam masyarakat akan sering dijumpai kehamilan di luar nikah dan tingkat perceraian yang tinggi,” kata Astrid. Hal ini kian buruk bila menimpa anak-anak. Mereka menjadi penikmat pornografi bahkan seks di usia dini, mereka menjadi korban sekaligus alat. Yang merusak otak mereka dan membuat masa depan mereka menjadi suram.

Dalam kesempatan itu, Sri Kartini memaparkan dekadensi moral yang dialami remaja, yang diakibatkan pornografi, dipengaruhi pula oleh pergaulan, “Banyak kawan merupakan prestasi, namun pengaruh buruk juga datang dari pergaulan. Untuk itu orangtua bisa memulai membatasi pergaulan dengan mempercayakan beberapa tanggung jawab rumah kepada anak, agar mereka mengurangi keluyuran,” pungkas Sri Kartini.

Selanjutnya, beri mereka pendidikan yang baik, “Agar anak memperoleh pendidikan yang bagus, sekolahkan mereka di sekolah yang bermutu,” sambung Sri Kartini. Bahkan, ketika mereka telah menyelesaikan sekolah dan ingin lanjut ke perguruan tinggi, orangtua harus berperan mengarahkan anak, untuk memilih jurusan sesuai dengan bakat, minat, dan kesenangannya. Sebaliknya, waktu luang yang dimiliki orangtua, dapat dimaksimalkan untuk memberikan perhatian dan kasih sayang yang lebih kepada anak-anak.

Soal pacaran, menurut Sri Kartini, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan, “Kenyataan selalu tak sesuai dengan harapan, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Lagipula kehangatan selama pacaran tak bisa dinikmati selamanya. Inilah yang harus ditegaskan kepada anak-anak,” ujar Sri Kartini. Nasehat ini harus disampaikan dengan tegas dan seimbang. Tegas dalam hal hukum dan seimbang dalam hal pengawasan dengan kebebasan.


Meriah, Pembagian Door Prize
Dari seminar ini diharapkan para orang tua terutama ibu memiliki bekal kemampuan dalam mendidik anak. Mampu mengawasi perkembangan anak, agar tidak mudah terpapar pornografi. Dengan demikian harapan terbentuknya generasi penerus yang berkualitas bisa terwujud. (Raditya
Pembukaan oleh Ketua DPW LDII Jatim Ir.H.Chriswanto Santoso, M.Sc
Perkembangan internet membuat komunikasi kian tanpa batas, membuat manusia kian mudah menyelesaikan pekerjaannya. Namun di balik semua kemudahan itu, mudahnya akses ke internet membawa pula dampak buruk bagi anak-anak. Lantaran industri pornografi yang “dijual” melalui internet mudah pula diakses oleh anak-anak. Inilah yang mengharuskan para orang tua, untuk ekstra waspada agar anak-anak tidak mengakses konten yang berbau pornografi.

Untuk itu DPD LDII Provinsi Jatim melalui Biro Pemberdayaan Wanita dan Kesejahteraan Keluarga menggagas sebuah seminar bertemakan “Selamatkan Anak Kita dari Pornografi Menjadi Generus Berprestasi”. Seminar diselenggarakan pada hari Minggu, (24/07) bertempat di Aula Pondok Pesantren Sabilurrosyidin, Gayungan, Surabaya.

Peserta yang hadir adalah ibu-ibu utusan DPD LDII Kabupaten/kota se-Jawa Timur, istri pengurus DPW LDII Provinsi Jawa Timur, pengurus wanita DPW LDII Provinsi Jawa Timur, serta para istri ulama LDII di Surabaya.

Seminar ini menghadirkan tiga pembicara antara lain Ir. Hj. Urifah M.Si dari Badan Pemberdayaan Perempuan Pemprov Jawa Timur, Dra Hj. Sri Kartini dari Biro Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga DPW LDII Provinsi Jawa Timur, serta Dra. Astrid Regina Sapiie Wiratna seorang psikolog sekaligus dosen luar biasa Psikologi di beberapa universitas di Surabaya.

Dalam sambutannya Ketua DPW LDII Provinsi Jawa Timur, Ir. H. Chriswanto Santoso, M.Sc, yang juga Ketua DPP LDII mengatakan acara seminar wanita merupakan salah satu kegiatan yang menjadi primadona di DPW LDII Provinsi Jawa Timur. Ibu-ibu bisa mendapat berbagai pengetahuan yang berguna bagi dirinya dan keluarga, dengan demikian, membentuk generasi yang berakhlaqul karimah menjadi lebih mudah.

“Peran ibu, dalam pembentukan generasi muda yang memiliki keimanan, ketaqwaan, dan akhlak yang luhur sangatlah strategis. Itulah yang membuat acara ini selalu ditunggu oleh warga LDII,” kata Chriswanto. Menurut Chriswanto, dalam banyak seminar disebutkan bahwa pendidik utama adalah orang tua. Namun, di Indonesia orang tua tidak disiapkan untuk mendidik. Lebih sering menggunakan emosi saat menghadapi anak, dan bukan mendidik dengan cara yang baik.

Keluarga menjadi salah satu tiang utama dalam pembentukan generasi LDII yang profesional religius. Karena di dalam keluarga, mula-mula ditanamkan rasa taqwa, kemandirian, dan budi pekerti. Maka orangtua berperan sangat strategis, untuk menanamkan nilai-nilai itu dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari bangun tidur hingga pulang sekolah. Dengan demikian, seminar wanita menjadi salah satu acara unggulan untuk menambah wawasan dalam membina rumah tangga, di kalangan warga LDII.


Penyampai Materi Ir.Urifah, M.Si. materi dan Dra.Hj.Sri Kartini
Upaya Pemerintah Dalam Membentengi Masyarakat terhadap Bahaya Pornografi

Para pembicara adalah tokoh wanita di tingkat nasional maupun Jawa Timur, yang kompeten di bidangnya. Hasil dari seminar, ditularkan kepada ibu-ibu lainnya, di pengajian-pengajian pada pertemuan berikutnya oleh ibu-ibu yang menghadiri acara ini. Dalam kesempatan itu Hj. Urifah mengangkat tema Upaya Pemerintah Dalam Membentengi Masyarakat terhadap Bahaya Pornografi. Menurut Urifah, pornografi layak untuk dibentengi karena berdasarkan survei terdapat 420 juta halaman pornografi beredar di internet, di antaranya terdapat 100.000 situs pornografi anak. Berdasarkan usia pengakses pornografi, 80% dari anak usia 15-17 tahun telah mengakses pornografi.

Industri pornografi juga kian cerdik dalam memperluas pasar. Mereka memanfaatkan, bukan hanya komputer yang terhubung dengan internet, namun juga handphone. Komunikasi yang mempertontonkan bagian tubuh atau perilaku seksual manusia untuk membangkitkan dorongan seksual bisa diakses dengan mudah melalui foto, kartun, sms, tulisan, film, video, sinetron, suara, bahkan lagu.


Materi 3 Pornografi di sekitar kita oleh Dra. Astrid Wiratna, psikolog. Moderator Sovia Sahid, S.Psi
Menurut Astrid, pornografi kerap tidak secara vulgar ditampilkan di televisi, namun adegan seperti ciuman dan pelukan yang ditampilkan dalam porsi besar, yang membangkitkan hasrat seks dapat dikategorikan dalam pornografi. Menurutnya, tampilan Melinda Dee yang ditonjolkan dadanya dengan pose tertentu, merupakan salah satu bentuk pornografi. Paparan pornografi yang terus menerus ini berakibat buruk kepada anak-anak.

Hasrat seksual adalah karunia Tuhan yang diberikan kepada setiap manusia. Hasrat ini bahaya apabila timbul saat manusia masih usia anak-anak, lantaran belum waktunya. Hasrat seksual yang sejak dini muncul akan merusak masa depan anak.

“Dampaknya, kendali diri melemah, kebutuhan seksual akan sulit terpuaskan secara normal, bahkan mengakibatkan kecanduan. Dalam masyarakat akan sering dijumpai kehamilan di luar nikah dan tingkat perceraian yang tinggi,” kata Astrid. Hal ini kian buruk bila menimpa anak-anak. Mereka menjadi penikmat pornografi bahkan seks di usia dini, mereka menjadi korban sekaligus alat. Yang merusak otak mereka dan membuat masa depan mereka menjadi suram.

Dalam kesempatan itu, Sri Kartini memaparkan dekadensi moral yang dialami remaja, yang diakibatkan pornografi, dipengaruhi pula oleh pergaulan, “Banyak kawan merupakan prestasi, namun pengaruh buruk juga datang dari pergaulan. Untuk itu orangtua bisa memulai membatasi pergaulan dengan mempercayakan beberapa tanggung jawab rumah kepada anak, agar mereka mengurangi keluyuran,” pungkas Sri Kartini.

Selanjutnya, beri mereka pendidikan yang baik, “Agar anak memperoleh pendidikan yang bagus, sekolahkan mereka di sekolah yang bermutu,” sambung Sri Kartini. Bahkan, ketika mereka telah menyelesaikan sekolah dan ingin lanjut ke perguruan tinggi, orangtua harus berperan mengarahkan anak, untuk memilih jurusan sesuai dengan bakat, minat, dan kesenangannya. Sebaliknya, waktu luang yang dimiliki orangtua, dapat dimaksimalkan untuk memberikan perhatian dan kasih sayang yang lebih kepada anak-anak.

Soal pacaran, menurut Sri Kartini, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan, “Kenyataan selalu tak sesuai dengan harapan, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Lagipula kehangatan selama pacaran tak bisa dinikmati selamanya. Inilah yang harus ditegaskan kepada anak-anak,” ujar Sri Kartini. Nasehat ini harus disampaikan dengan tegas dan seimbang. Tegas dalam hal hukum dan seimbang dalam hal pengawasan dengan kebebasan.


Meriah, Pembagian Door Prize
Dari seminar ini diharapkan para orang tua terutama ibu memiliki bekal kemampuan dalam mendidik anak. Mampu mengawasi perkembangan anak, agar tidak mudah terpapar pornografi. Dengan demikian harapan terbentuknya generasi penerus yang berkualitas bisa terwujud. (Raditya

Kamis, 07 Juli 2011

LDII Kota Gelar Pesta Cabe Rawit



MOJOKERTO - Untuk mengisi liburan sekaligus meningkatkan kreativitas anak, LDII Kota Mojokerto menggelar Pesta Cabe Rawit Minggu (26/6). Acara yang diselenggarakan di Arena Wisata Rolak Songo tersebut, dikemas dengan materi keagamaan, outbond serta berbagai ajang kreativitas anak-anak.
Sekitar 387 anak dari berbagai TPQ dan SD di Kota dan Kabupaten Mojokerto dengan didampingi orang tua dan gurunya, tampak dengan ceria mengikuti berbagai lomba dan ketangkasan yang diadakan. Dari 387 anak tersebut, dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok 1 untuk usia pra TK sampai kelas 2 SD, yang terdiri dari 191 anak dan kelompok II untuk anak kelas 3 sampai 6 SD yang terdiri dari 186 anak.
Masing-masing setiap kelompok diberikan materi yang berisi keagamaan dan permainan ketangkasan. Seperti praktek Wudlu, sholat dan do'a, menghafal asmaul husna dan sebagianya. Sedangkan permainan ketangkasan berupa meniti bambu, jaring laba-laba sampai basket.
Koordinator acara yang juga Ketua Seksi Kepemudaan LDII Kota Mojokerto, Djimin, S.Pd menjelaskan, selain untuk mengisi liburan, kegiatan ini juga sebagai ajang kreativitas anak serta untuk evaluasi TPQ ditiap kelurahan, terutama mengenai materi keagamaannya. "Jadi anak-anak bisa bermain sekaligus menambah wawasan religinya. Untuk itu ada sekitar 60 guru yang mendampingi anak didiknya dalam kegiatan ini," jelasnya.
Djimin menambahkan, kegiatan ini merupakan bagian dari program pembinaan usia dini, yang dilakukan Seksi Kepemudaan LDII melalui bidang Penggerak Pembina Generus (PPG). (nto/adv)

sumber : Radar Mojokerto

Selasa, 21 Juni 2011

LDII, Tidak Seperti yang Dituduhkan Orang

Hingga kini masih terjadi dan berlangsung tudingan, suara miring, isu hingga fitnah dan tuduhan mendera Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII).
Tudingan hingga tuduhan tanpa dasar hukum, baik ajaran Islam maupun hukum positif yang berlaku di Indonesia dilontarkan pihak-pihak yang tidak menginginkan LDII maju dan berkembang dimanapun berada.
Berbagai tuduhan dilontarkan kepada LDII. Di antaranya, jika ada
umat Islam di luar anggota LDII shalat di masjid komunitas LDII, maka anggota LDII akan menyamaknya.
Begitu juga tudingan anggota LDII yang shalat berjamaah di belakang imam yang bukan anggota LDII, maka anggota LDII akan mengulangi shalat itu di rumah atau tempat lain serta LDII bersifat eksklusif. Itu semua hanyalah fitnah dan tuduhan tanpa fakta otentik.
Tindakan pembersihan masjid, karena warga LDII sangat menjaga kebersihan sesuai anjuran ajaran Islam (Annazhofatu minal iman), namun disalahartikan segelintir pihak sebagai bentuk "penyamakan".
LDII sama dengan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Islam lainnya yang tercatat resmi di Kementerian Dalam Negeri Cq Kesbang Linmas. Bahkan, LDII yang berasaskan Pancasila seharusnya tidak patut dicurigai, apalagi difitnah dan dituduh sebagai salah satu ajaran sesat-menyesatkan di Indonesia.
Pepatah yang selalu kita pegang: "Tak kenal maka tak sayang". Jadi, masih banyak masyarakat, khususnya umat
Islam yang belum mengenal LDII. Sehingga, wajar saja merasa tak sayang yang sampai-sampai menyudutkan eksistensi lembaga agama Islam ini.
Padahal, Islam mengajarkan kepada umatnya apabila datang satu kabar atau berita dari kalangan/kaum fasik, maka "tabayyun" (cek dan ricek, periksa secara teliti, selidiki secara langsung). Sehingga, informasi yang diterima tidak bersifat sepihak saja. Hal ini tertera dalam Alquran Surah Al-Hujurat ayat 6 yang artinya:"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa satu berita, maka periksalah dengan teliti (tabayyun)...".
Nabi Muhammad SAW dalam menyiarkan agama Islam juga tidak luput dari cacian dan cercaan, fitnahan serta tuduhan negatif dari kalangan Kaum Kafir Quraisy. Tapi, Nabi Muhammad SAW sendiri beranggapan hal itu wajar. Sebab, mereka (Kafir Quraisy) belum mengetahui ajaran Islam yang dibawanya ke atas bumi ini.
Karena itu, bagi mereka yang menuduh macam-macam tentang LDII,
sebaik dan seharusnyalah dapat melihat langsung aktivitas warga LDII, baik sewaktu melaksanakan shalat wajib 5 waktu sehari semalam maupun kegiatan keagamaan lainnya, seperti diskusi tentang Hadits dan sebagainya. Ataupun melihat, bagaimana i’tikaf yang mereka lakukan hingga Shalat Tahajjud dan membaca Alquran. Maka, semuanya akan terjawab, apakah LDII benar-benar mengamalkan ajaran Islam sesungguhnya atau masih dianggap beraliran sesat.
Namun, hanya sedikit orang yang bersedia, tetapi kebanyakan menuduh tanpa bukti yang hanya berdasarkan dalil “Qiila waqaala” (kata si pulan yang tidak diketahui siapa dia)


APA ITU LDII?
Lembaga Dakwah Islam Indonesia atau disingkat LDII pertama kali berdiri pada 3 Januari 1972 dengan nama Yayasan Lembaga Karyawan Islam (YAKARI).
Pada Musyawarah Besar (Mubes)
tahun 1981 namanya diganti menjadi Lembaga Karyawan Dakwah Islam (Lemkari). Sedangkan pada Mubes tahun 1990 atas dasar pidato pengarahan Sudharmono SH selaku Wakil Presiden RI dan Jenderal TNI Rudini sebagai Menteri Dalam Negeri waktu itu, serta masukan baik pada sidang-sidang komisi maupun sidang paripurna dalam Mubes IV Lemkari tahun 1990, selanjutnya perubahan nama tersebut ditetapkan dalam keputusan, Mubes IV Lemkari No. VI/MUBES-IV/ LEMKARI/1990, pasal 3 mengubah nama organisasi dari Lembaga Karyawan Dakwah Islam yang disingkat Lemkari yang sama dengan akronim Lemkari (Lembaga Karate-Do Indonesia) diubah menjadi Lembaga Dakwah Islam Indonesia, yang disingkat LDII yang sekarang Ketua Umum DPP LDII Prof DR Ir KH Abdullah Syam MSc.

Badan hukum LDII:
a). Dasarnya, yaitu Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI No. AHU-18. AH.01.06 Tahun. 2008 tanggal 20 Februari 2008. b). Isi Keputusan: Pertama, memberikan pengesahan Akta
Pendirian: Lembaga Dakwah Islam Indonesia disingkat LDII, NPWP. 02.414.788.6-036.000 berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia, sebagaimana Anggaran Dasarnya termuat dalam Akta Nomor 01 tanggal 03 Januari 1972 yang dibuat oleh Notaris Mudijomo berkedudukan di Surabaya dan Akta Nomor 13 tanggal 27 September 2007 yang dibuat di hadapan Notaris Gunawan Wibisono SH berkedudukan di Surabaya.
Karena itu, mengakui lembaga tersebut sebagai badan hukum pada hari pengumuman anggaran dasarnya dalam tambahan Berita Negara Republik Indonesia.
Kedua, Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

LDII merupakan Ormas independen, resmi dan legal yang mengikuti ketentuan UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan pasal 9, ayat (2), tanggal 4 April 1986 (Lembaran Negara RI 1986 Nomor 24), serta pelaksanaannya meliputi PP
No. 18 tahun 1986 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 tahun 1986 dan Aturan hukum lainnya.
LDII memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), program kerja dan pengurus mulai dari tingkat Pusat sampai ke tingkat desa.
LDII tercatat di Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbang & Linmas) Departemen Dalam Negeri. LDII merupakan bagian komponen bangsa Indonesia yang berada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Sedangkan LDII berdiri sesuai cita-cita ulama sebagai perintisnya, yaitu sebagai wadah umat Islam untuk mempelajari, mengamalkan dan menyebarkan ajaran Islam secara murni berdasarkan Alquran dan Al Hadits dengan latar belakang budaya masyarakat Indonesia, dalam bingkai NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Dalam kepengurusannya, LDII memiliki 32 DPD Provinsi, 302 DPD Kabupaten dan Kota, 1.637 PC (Pimpinan Cabang) di kecamatan, dan 4.500-an PAC
(Pimpinan Anak Cabang) di desa/kelurahan.
Ada 3 moto LDII:
1. “Dan hendaklah ada di antara kamu sekalian segolongan umat yang mengajak kepada kebajikan dan menyuruh kepada yang ma’ruf (perbuatan baik) dan mencegah dari yang mungkar (perbuatan tercela), mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS Ali Imran ayat 104).
2.“Katakanlah inilah jalan (agama) - Ku, dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah (dalil/dasar hukum) yang nyata. Maha Suci Allah dan aku tidak termasuk golongan orang yang musyrik”. (QS Yusuf ayat 108), dan
3.“Serulah (semua manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan yang lebih baik”. (QS An-Nahal ayat 125).

VISI-MISI DAN TUJUAN LDII
Ketua Umum DPP LDII Prof DR Ir KH Abdullah Syam MSc dalam Musyawarah Wilayah (Muswil) IV LDII Sumatera Utara di Aula Madinatul Hujjaj Asrama Haji Pangkalan Masyhur Medan pada 16 Mei 2011 kembali menegaskan visi-misi dan tujuan LDII.
Dikemukakannya, visi LDII, yakni menjadi organisasi dakwah Islam profesional yang mampu mewujudkan manusia Indonesia yang tekun beribadah kepada Allah SWT, berakhlakulkarimah, memakmurkan bumi serta membangun masyarakat madani yang kompetitif berbasis tabiat jujur, amanah, kerja keras dan hemat, rukun, kompak dan bekerjasama yang baik.
Misi LDII, sambungnya, memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan dan penerapan ajaran Islam yang dilakukan secara menyeluruh, berkesinambungan dan terintegrasi sesuai peran, posisi, tanggung jawab profesi sebagai komponen bangsa dalam wadah NKRI.
Sedangkan tujuan keberadaan LDII ingin meningkatkan
kualitas peradaban, hidup, harkat dan martabat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta turut serta dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, yang dilandasi keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT guna terwujudnya masyarakat mandiri yang demokratis dan berkeadilan sosial berdasarkan Pancasila serta diridhoi Allah SWT.
Menurutnya, dalam praktiknya, LDII mengikuti prinsip-prinsip dakwah. Yakni, mengajak ke jalan Allah berdasarkan hikmah serta memberikan nasihat berupa kebaikan.
Untuk itu, LDII dalam praktik dakwahnya mengacu kepada 7 "green dakwah". Pertama, dakwah berpedoman kepada Alquran dan Al-Hadits. Kedua, membawa kesalihan sosial. Ketiga, santun, sejuk dan tasamuh (toleransi).
Keempat, membawa kemaslahatan umat. Kelima, berwawasan lingkungan. Keenam, memperhatikan kesehatan, dan ketujuh, dibawakan dengan kasih-sayang.
"Karena itu, LDII baik dalam dakwah bil qalam, bil kalam, maupun bil hal tidak melakukan
cara-cara radikal, kekerasan/anarkis. Sebab, cara-cara ini tidak dicontohkan Rasulullah SAW dalam dakwahnya," tegas KH Abdullah Syam.
Mengenai adanya tudingan miring hingga fitnah dan tuduhan kepada LDII di masa lalu, KH Abdullah Syam berilustrasi:"Jika saya pernah berbuat jahat pada masa yang lalu. Kemudian, saya taubat nasuha dengan senantiasa berbuat baik, apakah saya masih dicap sebagai orang jahat. Tentunya kan tidak. Begitu juga dengan LDII".
Dari penjelasan tersebut, maka tidak ada alasan lagi pihak-pihak yang mencurigai, apalagi memfitnah dan menuduh LDII sebagai ajaran maupun aliran sesat-menyesatkan, seperti Ahmadiyah.
Selain tunduk kepada Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW (Al-Hadits), LDII juga berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Bahkan, bagi LDII NKRI merupakan "harga mati" sama seperti mempertahankan Islam sebagai ajaran yang wajib diikuti dan dibela hingga akhir hayat oleh setiap warga
LDII.
Untuk melihat langsung aktivitas warga LDII, terutama di markasnya di Pondok Pesantren (Ponpes) Wali Barokah Kediri dan Ponpes Gadingmangu Jombang yang keduanya berada di Provinsi Jawa Timur serta ke Markas Besar DPP LDII di kawasan Senyang yang diterima langsung Ketua Umumnya KH Abdullah Syam didampingi pengurus teras lainnya, penulis yang ikut rombongan ulama Medan dalam “Muhibbah Tabayyun” ke lokasi dua Ponpes LDII itu yakni Ketua Komisi Dakwah dan Luar Negeri MUI Medan Al-Ustadz KH Zulfiqar Hajar Lc, Penasihat MUI Medan/Ketua Umum Majelis Dzikir Tazkira Sumut KH Amiruddin MS, pengurus MUI Medan Drs H Amhar Nasution MA, Qari Muhammad Syafi’i Ssos serta Ketua LDII Sumut masa bakti 2011-2016 Ir H Agus Purwanto sejak 13-15 Juni 2011, merasakan bagaimana suasana religius serta tidak ditemukan hal-hal aneh sebagaimana dituduhkan segelintir pihak terhadap LDII.
Karena itu, tidak ada alasan bagi siapa pun yang menuding hingga menuduh
LDII sebagai aliran sesat. Mereka hanya mendengar “kabar burung” yang tidak jelas. Jadi, sebagai umat Islam, kita wajjb “tabayyun” jika mendengar informasi yang belum jelas kebenarannya dari fasik. Jika kita tetap membenarkan “kabar burung” itu, samalah kita dengan orang-orang fasik.


MARKAS DPP LDII: Rombongan ulama MUI Medan dipimpin KH Zulfiqar Hajar, Buya KH. Amirudin, Drs. Amhar Nasution didampingi Ketua Umum DPP LDII H Abdullah Syam, KH> Chriswanto Santoso, M.Sc, H. Sidik Waskito BA, Rioberto Sidauruk, SH dan pengurus lainnya foto bersama di depan markas Ormas Islam itu di kawasan Senayan Jakarta, Rabu (15/6).(Foto: Skala/Ramadhan)

Tidak Berbeda, Cara Beribadah Warga LDII dengan Umat Islam Lainnya

Rukun Islam ada 5, satu di antaranya shalat. Sedangkan
dalam shalat ada 13 rukun dimulai Takbiratul Ihram hingga Salam. Dalam shalat wajib 5 waktu, warga LDII juga melaksanakan 13 rukun yang diwajibkan.
Memang sedikit terjadi perbedaan dalam shalat. Itu pun hanya “fur’iyyah” yang tidak perlu didiskusikan.Yakni, mereka tidak “menzaharkan” membaca Bismillah, tetapi hanya “mensirkan” serta tidak membaca doa qunut pada Shalat Shubuh, tetapi mereka tetap mengangkat tangan ketika KH Zulfiqar Hajar memimpin doa usai taushiyah.
Dari perjalanan “Muhibbah Tabayyun” ke 2 Ponpes LDII di Ponpes Wali Barokah Kediri dan Ponpes Gadingmangu di Jombang tidak terlihat sama sekali penyimpangan dalam shalat. Santri-santriwati yang berjumlah 2.000an di setiap Ponpes secara khusyu’ mengikuti setiap prosesing dalam shalat tersebut. Bahkan, imam dalam shalat tersebut hafiz Alquran lulusan Mekkah (Arab Saudi).
Ada keistimewaan kedua Ponpes itu yang (mungkin) tidak dipunyai Ponpes-ponpes milik Ormas Islam
lainnya. Yakni, para santri-santriwati membaca Alquran setelah shalat sunnah (rawatib) pada setiap shalat wajib hingga muazzin mengumandangkan qomat.
Selain itu, mereka setiap malam melaksanakan “Shalat Malam” (Shalat Tahajjud) dimulai pukul 02.00-03.00 WIB serta senantiasa mengucapkan “Shallallahu alaihi wasallam” ketika pentaushiyah mengajak bershalawat kepada Rasulullah SAW.
Dalam bidang kebersihan, seharusnya umat Islam mau belajar dengan LDII. Sebab, LDII benar-benar mengamalkan Hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi “ “Annazhofatu minal iman” (kebersihan itu bagian dari iman).
Rombongan ulama termasuk wartawan Skala menyaksikan secara langsung, bagaimana kebersihan itu harus senantiasa dijaga. Tidak saja kamar tidur yang bersih dan teratur, bahkan kamar mandi juga sangat bersih dengan nenyediakan sandal/selop serta ada “batasan suci”, sehingga sandal/selop tidak boleh berada di tempat “batasan suci” serta lantai
dalam dan luar setiap gedung senantiasa tetap bersih.
Satu hal sangat mengagumkan, usai shalat wajib, rombongan ulama menyaksikan sepatu dan sandal/selop tersusun rapi di anak tangga masjid dalam posisi siap pakai.
Begitu juga kebersihan anak dan pegangan tangga serta lantai yang berada di menara agung Masjid Baitul A’la di Ponpes Wali Barokah Kediri setinggi 99 meter atau 23 lantai (Asmaul Husna) yang di kubahnya terdapat 60 Kg emas murni sangat bersih. Ini terbukti tidak berdebu. Begitu juga lantainya, sehingga rombongan ulama Medan yang naik hingga ke puncak menara tidak merasakan adanya kotoran di tangan dan kaki, karena rombongan hanya “berkaki ayam”.
Selain senantiasa menjaga kebersihan, warga LDII juga sangat disiplin, rukun, kompak dan sangat memuliakan tamu yang berkunjung dengan memberikan fasilitas sangat memadai. Mereka benar-benar mengamalkan Hadits Rasulullah SAW yang maknanya :”Siapa-siapa yang berman kepada Allah dan
Hari Akhirat, maka hendaklah dia memuliakan tamu”.
Jadi, tidak mengherankan tetamu datang dari berbagai penjuru nusantara. Tidak saja dari seputaran Pulau Jawa saja, tetapi juga dari pula-pulau lain beragam provinsi da kabupaten/kota datang “bertabayyun” ke dua Ponpes LDII itu.
Dalam pengajaran, para santri-santriwati tidak “alergi” dengan pentaushiyah dari luar LDII. Seperti taushiyah disampaikan KH Amiruddin MS dan Drs H Amhar Nasution MA usai Shalat Shubuh dan Zuhur. Ini artinya, warga LDII sudah bersifat terbuka tidak eksklusif sebagaimana yang terjadi pada paradigma lama. Namun, dengan paradigma baru, mereka lebih terbuka lagi kepada masyarakat umum.
Paradigma baru ini bukan dalam perbaharuan akidah. Mereka tetap mengakui Allah sebagai Tuhan Yang Mahaesa dan Nabi Muhammad bin Abdullah SAW sebagai Rasul dan utusan Allah, berpegang teguh kepada Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW (Hadits) serta patuh kepada pemimpin dan
ulama.
Dalam bidang sosial-kemasyarakatan, baik sebagai tuan rumah maupun peserta, warga LDII ikut aktif. Seperti kegiatan-kegiatan ilmiah dan keagamaan semisal MTQ dan berbagai pelatihan kepemimpinan serta kegiatan lain berupa khitanan massal, penghijauan dan gotong-royong. (HA Ramadhan)

sumber: catatan H.A Ramadhan Lubis (wartawan harian skala medan)